www.flickr.com

Saturday, June 26, 2010

Tuhan dan "Yang Baik"

Tuhan bukanlah objek, bukanlah tunggul. Tuhan itu adalah Kebaikan, sebuah nilai. Dalam diri kita, ada sebuah naluri yang dapat mengenal mana "yang baik" dan mana "yang jahat." Membunuh, menipu, dll, itu secara automatis kita tahu adalah “yang jahat.” Dari mana kita tahu itu? Dari naluri. Sebab, tanpa agama pun, kita tahu itu adalah "yang jahat." Justeru, selagi kita menuruti kehendak baik dari naluri kita tersebut, maka itulah " Sirat al-Mustaqim." Memang, kemuncak ujian pada iman adalah ingkar pada Tuhan. Tapi, persoalannya, apakah kita dapat ingkar pada kewujudan Kebaikan? Sulit, malah mustahil. Ingkar pada Kebaikan, itu bererti ingkar pada diri kita sebagai manusia. Seolah, kita menafikan nurani kita. Tentu, kita boleh berbohong pada diri. Tapi, kita takkan mampu berbohong tentang nurani. Kita tahu apa kata nurani. Sebab, kita tetap percaya sentiasa ada Kebaikan, meskipun saat kita sedang melakukan Kejahatan. Tuhan, jika kita melawannya, tetaplah ada. Tetaplah begitu. Dunia dan kita, maseh juga tidak aman, sekalipun kita melawan-Nya. Dunia dan kita, hanya aman, jika kita terus melakukan kebaikan-kebaikan yang kita kenal dari nurani terdalam kita. Namun, masalah sekarang, ramai yang beragama melihat Tuhan bercokol "di atas." Tuhan, pada mereka, adalah objek. Itu yang naif-nya. Walhal, tidak demikian. Tuhan itu adalah subjek, malah subjek yang dapat kita berkomunikasi. Maksudnya, kita dapat berkomunikasi dengan nurani kita. Itulah komunikasi dengan Tuhan. Dengan tafsir Tuhan seperti ini, maka kita telah pun terikat selama-lamanya dengan subjek Tuhan, sebuah subjek Kebaikan, dan sebuah subjek yang humanistik.

Dan, melawan subjek ini, bererti kita melawan diri kita sendiri. Menipu diri kita sendiri. Lantaran itu, teruskanlah melakukan kebaikan-kebaikan. Lakukan kebaikan-kebaikan itu, atas kepercayaan pada nurani kita. Itulah sebenarnya keikhlasan. Itulah iman. Itulah Tuhan.

No comments: