www.flickr.com

Thursday, August 28, 2008

Politikus

Politikus, sekaligus failasuf tidaklah ramai. Jemari kita barangkali lebih banyak dari ingatan sosok yang terlintas. Kalau di Britain, kita pantas saja menyebut Bryan Magee, yang menulis perjalanan filsafatnya dalam Confessions of a Philosopher: A Personal Journey Through Western Philosophy.

Tapi, itu Magee, tokoh dari parti buruh yang juga merupakan pengagum berat Arthur Schopenhauer.

Malam tadi ada forum AUKU di UKM. Entah, apa mimpi universiti membenarkan barisan pembangkang masuk menerjah minda khalayak kampus. Tapi sayang, tiada satu pun politikus yang hadhir berbau failasuf. Barangkali cukup saja dengan bayangan Marcus Tullius Cicero. Hadhirin dewan terhibur dan bersemangat, apatah lagi bila saat nama Anwar Ibrahim dilaungkan. Gemuruh sekali—bila tapak kanan dan tapak kiri bertemu—bagaikan meraikan kemenangan Permatang Pauh!

Memang, Saifuddin Nasution Ismail bukanlah seorang failasuf, tapi imbasan orator yang jelas memukau mahasiswa yang begitu impikan pembicara yang ignitas dan auctoritas. Butir tuturnya, nada aturnya, wajah mimiknya, tata geraknya; semuanya ini bagaikan tersusun melengkapkan rasa rimas dan gelisah pihak universiti. Tentu ada rasa menyesal di antara mereka. “Demokrasi memang ada balas dendamnya!,” teringat kembali pesan Benazir Bhutto.

Nah, bila sang retorik berucap, maka siapa yang berani menyanggah? Tenggelamlah suara timbalan menteri, suara professor dan suara dari kalangan Islamis sekalipun. Datuk Ir. Idris Haron, Prof. Dr. Kamal Halili Hassan, dan Abdullah Abdul Karim bukanlah lawan Saifudin Nasution.

Tapi, “Saifudin Nasution hanya imbasan politika Cicero,” begitu celoteh rakan sebelah. Tidak lebih. Strategos (meminjam istilah yang cuba diwarkan oleh Khalid Jaafar) PKR ini sendiri pun tidak berani untuk bersikap mengugurkan AUKU. Malah, lebih naïf lagi, hujah Abdullah Karim yang sedia untuk tunduk di bawah akta sesat tersebut, asalkan usah melaksanakan secara terpilih-pilih. Maka sudah tentu, sang professor jauh lebih rela bertaqiyyah, manakala timbalan menteri pula terus bebal mempertahankan mantikisme UMNO.

Akhirnya, idea hanyalah milik para failasuf, bukannya dari sebahagian politikus/pekerja akademik yang sering tampil beraneka wajah.

No comments: