www.flickr.com

Wednesday, November 19, 2008

Abdo & Lyons

Geneive Abdo dan Jonathan Lyons adalah sepasang wartawan. Pada 1998, mereka diundang oleh Mohammad Khatami untuk menulis tentang agenda reformasi di Republik Islam Iran.

Semenjak tiba, mereka mulai belajar sesuatu yang berada di luar teks. Lalu akhirnya mereka mengerti benar tentang konteks. Memang, reformasi bukanlah kerja mudah. Ia adalah sepayah merombak primordial.

Atas alasan itu, mereka berubah. Bukan lagi menulis tentang reformasi, tetapi menulis tentang kekangan.

Namun, kekangan kebebasan di republik itu rupa-rupanya lebih dari apa yang disangkakan. Dengan rasa peka, mereka melirik bagaimana kekangan demi kekangan dibina oleh kalangan politikus-agamawan demi mengekang agenda reformasi.

Abdo dan Lyons tentu percaya, bahawa bagaimana Ruhollah Hosseinian, seorang birokrat tinggi telah tercemar dalam pembunuhan intelektual secara sulit. Mereka juga tentu mengetahui bagaimana Fariba Davoudi-Mohajer, pendukung tegar Montazeri, juga seorang feminis, telah dikasari oleh polis republik sewaktu menahannya.

Malah, mereka turut merakam wawancara Akbar Ganji, yang mendekam pedih di Evin gara-gara dituduh melawan Tuhan. Memang, hampir semua cerita-ceritanya di ranah Persia tersebut berbau suram. Tiada yang enak-enak.

Kemudian, semua itu dimuatkan dalam buku penyiasatannya, Answering Only to God: Faith and Freedom in Twenty- First-Century Iran.

Kita semua kenal Abdolkarim Soroush. Melaluinya, ´Lutheran Islam´ ini mengesahkan siasatan mereka: memang ujikaji reformasi Khatami bukan sahaja gagal, tetapi kebebasan di Iran ternyata makin ketat berbanding sewaktu era Ruhollah Khomeini.

Kini, andai kita percaya sepanuhnya pada lembaran-lembaran Abdo dan Lyons, maka apa lagi yang boleh kita katakan? Mungkin ada satu ayat saja: Agama itu tidak mungkin berdiri sendiri!

1 comment:

Anonymous said...

sangat menakutkankan. apa yang sebenarnya terjadi pasca revolusi?