Benar, kalau sekali bertangguh, maka akhirnya kita akan jadi "mua," "lemak," dan "manja." Hari ini saya akan menyambung kuliah keenam kalinya bagi Bahasa Parsi. Tapi, catatan belum satu pun dilakukan.
Memang, sebelum ini saya ada menulis pengalaman belajar Bahasa Parsi, dan itu ditulis sampai tiga kali pertemuan. Tapi, sebenarnya, di pertengahan itu ada perubahan yang belum dikongsi. Saya telah bertukar kelas, juga sekaligus bertukar tempat kuliah. Kalau sebelumnya saya di Islamic Culture Centre, sebaleknya kini sudah mengikuti kuliah Bahasa Parsi--yang kini sampai siri keenam--di Iranian Corner, Universiti Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta).
Kenapa bertukar?
Tampaknya, di Iranian Corner ini lebih senang, lebih selesa, lebih dekat dengan tempat tinggal. Tak perlu bertarung dengan kesesakan dashyat dengan Kota Kesabaran ini. Pengajar dan pengajarannya juga lebih sistematik, dan benar-benar menuruti jalur buku Yadollah Samareh, Persian Language Teaching (buku baku dalam pengajaran Bahasa Parsi). Memang memudahkan.
Tentu, bila ada kerajinan, saya akan kembali menulis catatan pengalaman ini (kalau Bahasa Indonesia, kerajinan pula bererti hasil-kerja kraftangan). Namun, saya ingin menulis baru, sesuai dengan jalur buku teks ini. Namun, dalam iltizam ini, tetap saja ada halangan di Indonesia. Ternyata, sepanjang enam bulan di sini, saya sering sulit untuk mendapat kemudahan internet yang baik. Jika ada sekalipun, tiada yang berpapan-kekunci Farsi/Arabic.
Ah, alasan! Di mana ada kehendak, di situ ada kekuatan.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Wednesday, January 13, 2010
Alasan
dimuatkan oleh Aqil Fithri tanggal 8:03 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment